Lights Out berasal dari jalur perakitan yang sama dengan film Insidious dan The Conjuring, diproduseri langsung oleh James Wan, yang telah membuat tren film genre horor terkemuka dekade ini. Itulah salah satu nilai jualnya.
Disamping itu, ketakutan akan gelap, merupakan fobia umum di seluruh lapisan masyarakat. Horor, dalam segala bentuk dan ukuran, sering berhasil dieksploitasi menjadi film. Ini adalah fondasi dari film pendek David F. Sandberg yang diangkat ke bioskop.
Lights Out dimulai ketika seorang anak dalam bahaya dan tampaknya tidak dalam ketakutan, tipikal cerita horor. Martin (Gabriel Bateman), yang baru-baru ini telah kehilangan ayahnya (Billy Burke) hidup di bawah asuhan ibunya yang memiliki gangguan jiwa, Sophie (Maria Bello). Sophie rentan terhadap perilaku tak menentu, berbicara sendiri. Tidak bisa tidur dan khawatir kewarasan ibunya, dia pun mengontak kakak tirinya Rebecca (Teresa Palmer), untuk mencari tempat tinggal sementara. Akhirnya, Rebecca, Martin, dan pacar Rebecca, Bret (Alexander DiPersia), ke rumah berhantu Sophie, yang tidak dilengkapi dengan pencahayaan yang diandalkan dan berurusan dengan entitas lain, bernama Diana.
Premis Lights Out adalah sesuatu yang saya takuti ketika masih kecil dan mungkin kebanyakan dari kita juga, dan sekarang mulai melupakan perasaan itu saat kita beranjak dewasa. Monster, dedemit atau apalah itu hanya keluar ketika gelap. Dalam ranah ini film Lights Out, aturan berlaku secara konkret. Selama ada sumber cahaya, setan, hantu atau keberadaan supranatural dibatasi. Tapi setelah senja keterbatasan itu tidak ada lagi.
Sosok Diana tidak mampu menjadi ikonik seperti Valak bahkan lebih mirip Mama dalam film yang diproduseri oleh Guillermo del Toro. Koneksi ke Sophie, serta tujuan akhir dan rencana untuk keluarga Sophie, terlihat terlalu simpel. Sophie memiliki satu juta kesempatan untuk membunuh Diana, jadi mengapa sekarang?
Setelah keluar dari bioskop yang gelap, ada beberapa pertanyaan yang mengganjal. Bagaimana Sophie mewujudkan Diana kembali ke dunia? Apa sebenarnya yang terjadi dengan ayah Rebecca? Mengapa kematian Paul diabaikan dalam cerita? Mengapa Diana begitu terobsesi dengan Sophie?
Scoring yang terbilang kurang membangkitkan bulu kuduk. Namun ada beberapa adegan yang membuat anda mungkin kaget, terutama ketika siluet Diana sekejap memdekat kearah layar, suasana menyeramkan terbangun dengan pengambilan gambar yang minim cahaya.
Mudah-mudahan, Sandberg banyak mengambil beberapa trik dan belajar dari James Wan. Namun, Lights Out cukup menghibur, tidak buruk untuk debut pertama Sandberg. Jika kamu menyukai Ouija dan Mama, maka kami harus menikmati film ini.
Lights Out: Mengeksploitasi ketakutan akan gelap
Reviewed by Pasko
on
00.24.00
Rating:
Tidak ada komentar: