Suatu hari teman saya memberitahukan bahwa film Jason Bourne akan segera tayang, sayapun bertanya Bourne apa? Dengan maksud menayakan embel-embel judul seperti pada film sebelumnya menggunakan preposisi Identity, Supremacy, Ultimatum dan Legacy. Ternyata Jason Bourne adalah judul utamanya. Disitu saya langsung berpikir akan bercerita tentang apalagi film ini, apakah akan melanjutkan triloginya sebelumnya atau sebuah prekuel?
Jason Bourne adalah sebuah film yang terbilang aman saja dari segi cerita untuk film musim panas ini. Meskipun faktanya tidak ada alasan untuk film ini seharusnya ada. Karena dalam The Bourne Ultimatum, Bourne akhirnya mengetahui misteri terbesar siapa dia dan apa yang dia alami.
Dengan jejak uban pada rambutnya membuktikan bahwa Bourne tidak akan bertahan begitu lama. Itulah Paul Greengrass sebagai sutradara dan penulis yang dibantu oleh Christopher Rouse membuat film ini sebagai klarifikasi kecil dan membimbing karakter Bourne untuk kehidupan kedepanya.
Menggabungkan kecangihan teknologi, dengan plot cerita mengambil realita masalah global saat ini tentang privasi informasi keamanan publik diberi bumbu sedikit kebut-kebutan a la Fast & Furious menjadikannya lebih aktraktif. Dengan kekacauan dimana-dimana dengan latar belakang paska-Snowden inilah Bourne kembali dengan secercah info mengenai dirinya. Intrik kekuasaan dalam tubuh agensi mata-mata negara adidaya, Bourne-pun terseret-seret kedalamnya. Saya sangat suka pada satu momen dimana Robert Dewey(Tommy Lee Jones) mengejek anak asuhnya yang ambisius Heather Lee(Alicia Vikander) yang ternyata juga licik. Upaya membangun karakter dengan pertemuan Bourne dan Heather Lee terkesan agak lambat. Tetapi secara teknis, Greengrass memberikan segala sesuatu yang saya harapkan dari film ini.
Pada akhirnya Jason Bourne dibuat dengan upaya nostalgia mencoba peruntungan untuk mendapatkan beberapa dolar lagi.
Jason Bourne: Apakah kita butuh dia kembali?
Reviewed by Pasko
on
04.44.00
Rating:
Tidak ada komentar: