Terakhir kali saya menginjakan kaki di bioskop sekitar dua minggu lalu. Memang setelah akhir musim summer di Amrik dimana banyak film-film blockbuster menyerang bioskop dalam negeri menjadikan bioskop sebagai rumah kedua. Rentan waktu musim gugur dan dingin di belahan Bumi utara diisi dengan film-film yang bakal menerima penghargaan di ajang Golden Globe maupun Piala Oscar. Tapi kadang film-film ini jarang masuk di tanah air dan hanya film-film yang mempunyai pasar bagus dalam hal ini film sekuel atau lanjutan disaring masuk ke bioskop negeri ini.
Kebetulan saya dapat 2 voucher tiket nonton di bioskop dan kebetulan lagi The Hobbit: The Desolation of Smaug release, saya manfaatkanlah voucher itu untuk ditukarkan dengan tiket. Yang satunya lagi saya tukarkan dengan tiket film animasi Disney's Frozen. Jadilah jumat ini sebagai Movie Weekend Marathon di akhir tahun.
Berikut review kedua filmya;
The Hobbit: Kesedihan Smaug
Mengapa saya katakan demikian? Film yang seharusnya membawa judul The Hobbit dalam hal ini Bilbo Baggins sebagai tokoh utama hilang hampir 2 jam dari hampir 3 jam runtime film ini. Bilbo benar-benar absen dalam film ini, meskipun banyak saat-saat kepahlawanan ketika tanpa ragu harus memakai cicin satu-satunya untuk menyelamatkan para kurcaci.
Dengan peregangan film yang cukup lama dimana Peter Jackson beroperasi dalam mode Tintin, mengirim seorang kurcaci ke udara, menuruni bukit, mengalahkan para Orc, kemudian kembali ke air. Hal ini merupakan pengulangan yang sama pada Unexpected Journey film sebelumnya. Para kurcaci sampai juga di kota Danau dan berkonsultasi dengan Bard, tetapi terjadi misunderstanding. Sebagian kurcaci dan Bilbo tentunya melanjutkan perjalanan mereka di Lonely Mountain sesampainya disana Bilbo pun mulai bersinar layaknya Arkenstone. Bagian 45 menit dibelakang dari Desolation of Smaug bagaikan menghirup udara segar saat menontonnya, dengan Benedict Cumberbatch yang mendesis bertemu lawan mainya di serial Sherlock Martin Freeman. Pertempuran akal antara Bilbo dan Smaug sangatlah dinanti berpuncak pada pertempuran besar-besaran di lorong-lorong istana para kurcaci. Saya rasa gairah Jackson terhadap franchise ini tampaknya sangat ditunggu-tunggu oleh penggemar.
Inti dari film sejauh ini adalah Smaug sang naga. Makhluk CGI yang mengingini emas, tetapi memiliki 'lidah perak' penuh pesona halus pada setiap kata yang patut berhati-hati. Suara Cumberbatch yang sangat cocok untuk interpretasi Smaug tentang the Magnificent Dragon sekali mencuri perhatian dalam installment The Hobbit ini.
Disney's Frozen
Selama ini kebanyakan orang sering salah menerjemahkan Snow White sebagai Putri Salju kenyataanya adalah tokoh dongeng dari daratan Eropa ini dikenal sebagai Putih Salju. Menjadi salah satu Disney’s Princess, Putih Salju dikenal dikalangan anak-anak bahkan orang dewasa berkat adapatas filmya.
Kali ini Disney menghadirkan kisah yang berbeda walaupun memiliki pesan yang sama. Frozen film terbaru Disney yang didasarkan pada cerita yang dibuat Hans Christian Andersen kemudian dikembangkan oleh Walt Disney Studios. Frozen berfokus pada sebuah kerajaan kecil di Skandinavia. Elsa seorang putri muda yang lahir dengan kemampuan untuk memanipulasi salju. Terjadilah insiden dimaa Elsa tak sengaja melukai Anna akhirnya Elsapun memilih menutup diri. Pada hari penobatan sebagai ratu, setelah menemukan dirinya masih mampu mengendalikan kemampuannya, Elsa melarikan diri dan membekukan seluruh tanah dikerajaanya. Anna mencoba meyakinkan kakaknya untuk kembali.
Dari tahun ketahun Disney coba menghadirkan kisah berdasarkan pendidikan moral orang melalui animasi. Ini menjadi sering bahwa Disney Animation memiliki lebih banyak pengalaman dengan karakter perempuan utama ketimbang anak perusahaannya Pixar.
Oh, iya ada yang membuat menarik saat menyaksikan Frozen. Karakter Disney's Princess lainya terlihat datang untuk menghadiri penobatan Ratu Elsa.
[caption id="attachment_306" align="aligncenter" width="529"] Rapunzel dan Flynn Rider terlihat hadir di Arendelle. Ada yang bisa menebak mereka yang mana?[/caption]
Mengambil poin kemandirian perempuan adalah aspek terbaik dalam film ini. Frozen tidak menawarkan kisah hubungan ibu dan anak perempuan atau orang tuanya. Dengan memperkuat landasan ikatan kakak-beradik. Ini menyinggung kiasan kisah pada film kebanyakan pendahulunya. Frozen tidak bisa disamakan dengan The Princess And The Frog, Wreck-It Ralph, atau Tangled. Namun dalam kesederhanaannya dapat disamakan menyenangkan seperti Winnie The Pooh, dengan arus bawah moral yang kuat dan berharga. Yang paling penting, ini adalah langkah panjang dibutuhkan dalam arah yang tepat untuk gambaran yang lebih bervariasi dari karakter wanita di dalam dunia Disney.
#MovieMarathon The Hobbit: The Desolation of Smaug & Disney's Frozen
Reviewed by Pasko
on
17.08.00
Rating:
Tidak ada komentar: