Ununglah hari Kamis tiket masih murah.
Here's the review,
Jauh sebelum alam semesta dan Bumi mengenal Jokowi, tersebutlah ras Dark Elves yang mencoba untuk membawa seluruh alam semesta ke dalam kegelapan menggunakan sesuatu yang disebut Aether. Berwarna merah, dapat menjadi cair bahkan bisa mengkristal. Muncul lah kaum Asgardian dengan naluri memimpin yang bercita-cita membuat alam semesta teratur dengan cara berperang. Maka diberanguslah Dark Elves dan artifak Aether disembunyikan entah dimana.
Sejarah yang coba didongengkan kepada Asgardian dalam film "Thor: The Dark World," pembukaan diriwayatkan oleh Thor ayah Odin ( Anthony Hopkins). Sangat disayangkan karena begitu banyak eksposisi dalam film aksi superhero ini cenderung membebani ceritanya dan terkesan berulang-ulang dengan film sebelumnya.
Demi palu Thor, untungnya film ini diselamatkan oleh dua hal yang memang telah ditawarkan sejak filmnya yang pertama di tahun 2011, yaitu Thor sendiri, yang selalu menarik Chris Hemsworth sebagai cowok dengan palu dan bersuara berat, dan Tom Hiddleston sebagai Loki saudara tiri yang jahat yang bahkan lebih digemari oleh penggemar ketimbang tokoh utamanya. Bagaikan kisah Bawang Putih dan Bawang Merah hanya saja kali ini si Loki yang menjadi Bawang Putihnya.
Seperti film-film Marvel sebelumnya, Thor: The Dark World ada campuran kekerasan dan humor, sekilas memang mirip dengan The Avengers. Guyonan Loki dan Darcy "2 Broke Girls" memang merupakan unsur-unsur tambahan yang menyenangkan. Bahkan Kemunculan Captain America semakin semarak dan membuat debut bagi si Capt. untuk sekuel Captain America: The Winter Solider tahun 2014 nanti.
Bermain di beberapa bidang, terutama menitik beratkan pada Asgard, saya suka dengan penampilan Asgard dari warganya, teknologinya hingga kebudayaan yang saya tidak temukan di film pertamanya. Selain itu munculnya wanita-wanita tangguh sebuah ide brilian penulis memposisikan wanita-wanita dalam film superhero membuat cerita semakin kaya.
Dengan penulis skenario yang terbilang cukup banyak, tidak membantu banyak pada jalan ceritanya, bahkan membuat kedodoran. Sayang sekali. Bahkan tidak ada yang menarik dari final battle-nya. Kebanyakan visual efek tidak membuatnya luar biasa bahkan lebih memekakan mata saya. Mungkin bahkan kacamata J.J. Abrams tidak mampu menetralisirkannya.
[caption id="attachment_279" align="aligncenter" width="529"]
Jangan dulu keluar studio ya. Ada adegan tambahanya
Satu hal lagi disetiap film garapan studio Marvel selalu ada elemen adegan pada ending-credit. Tadi saya sempat menunggu setelah adegan terakhir sebelum credit title tiba-tiba adegan terputus, saya kira pihak stuido tidak menayangkan, ternyata setelah saya hampir memutuskan untuk keluar studio pemutaran, muncul adegan after credit title yang ternyata dipercepat. Menghilangkan credit title memang sangat tidak menghargai, tetapi apa boleh buat sudah terjadi. Setelah adegan itu selesai sayapun terus langsun berjalan keluar, ternyata ada adegan after credit title kedua. Saya pun berhenti sejenak dan menontonnya. Well, memang tidak gampang untuk melewatkan elemen ini. Jadi saya informasikan agar teman-teman pembaca blog ini agar bisa menunggu dan bersabar untuk menikmati feature dari Marvel ini.
Singkatnya saya beri 7 poin dari 10 untuk film ini.
Yesterday on Thursday, I watched Thor right before the world wide premiere to commemorate Thor's Day.
Here's the review,
Jauh sebelum alam semesta dan Bumi mengenal Jokowi, tersebutlah ras Dark Elves yang mencoba untuk membawa seluruh alam semesta ke dalam kegelapan menggunakan sesuatu yang disebut Aether. Berwarna merah, dapat menjadi cair bahkan bisa mengkristal. Muncul lah kaum Asgardian dengan naluri memimpin yang bercita-cita membuat alam semesta teratur dengan cara berperang. Maka diberanguslah Dark Elves dan artifak Aether disembunyikan entah dimana.
Sejarah yang coba didongengkan kepada Asgardian dalam film "Thor: The Dark World," pembukaan diriwayatkan oleh Thor ayah Odin ( Anthony Hopkins). Sangat disayangkan karena begitu banyak eksposisi dalam film aksi superhero ini cenderung membebani ceritanya dan terkesan berulang-ulang dengan film sebelumnya.
Demi palu Thor, untungnya film ini diselamatkan oleh dua hal yang memang telah ditawarkan sejak filmnya yang pertama di tahun 2011, yaitu Thor sendiri, yang selalu menarik Chris Hemsworth sebagai cowok dengan palu dan bersuara berat, dan Tom Hiddleston sebagai Loki saudara tiri yang jahat yang bahkan lebih digemari oleh penggemar ketimbang tokoh utamanya. Bagaikan kisah Bawang Putih dan Bawang Merah hanya saja kali ini si Loki yang menjadi Bawang Putihnya.
Seperti film-film Marvel sebelumnya, Thor: The Dark World ada campuran kekerasan dan humor, sekilas memang mirip dengan The Avengers. Guyonan Loki dan Darcy "2 Broke Girls" memang merupakan unsur-unsur tambahan yang menyenangkan. Bahkan Kemunculan Captain America semakin semarak dan membuat debut bagi si Capt. untuk sekuel Captain America: The Winter Solider tahun 2014 nanti.
Bermain di beberapa bidang, terutama menitik beratkan pada Asgard, saya suka dengan penampilan Asgard dari warganya, teknologinya hingga kebudayaan yang saya tidak temukan di film pertamanya. Selain itu munculnya wanita-wanita tangguh sebuah ide brilian penulis memposisikan wanita-wanita dalam film superhero membuat cerita semakin kaya.
Dengan penulis skenario yang terbilang cukup banyak, tidak membantu banyak pada jalan ceritanya, bahkan membuat kedodoran. Sayang sekali. Bahkan tidak ada yang menarik dari final battle-nya. Kebanyakan visual efek tidak membuatnya luar biasa bahkan lebih memekakan mata saya. Mungkin bahkan kacamata J.J. Abrams tidak mampu menetralisirkannya.
[caption id="attachment_279" align="aligncenter" width="529"]
Jangan dulu keluar studio ya. Ada adegan tambahanya
Oh, iya.
Satu hal lagi disetiap film garapan studio Marvel selalu ada elemen adegan pada ending-credit. Tadi saya sempat menunggu setelah adegan terakhir sebelum credit title tiba-tiba adegan terputus, saya kira pihak stuido tidak menayangkan, ternyata setelah saya hampir memutuskan untuk keluar studio pemutaran, muncul adegan after credit title yang ternyata dipercepat. Menghilangkan credit title memang sangat tidak menghargai, tetapi apa boleh buat sudah terjadi. Setelah adegan itu selesai sayapun terus langsun berjalan keluar, ternyata ada adegan after credit title kedua. Saya pun berhenti sejenak dan menontonnya. Well, memang tidak gampang untuk melewatkan elemen ini. Jadi saya informasikan agar teman-teman pembaca blog ini agar bisa menunggu dan bersabar untuk menikmati feature dari Marvel ini.
Singkatnya saya beri 7 poin dari 10 untuk film ini.
Thor: The Dark World (2013); Dewa petir kembali dengan efek yang mempesona
Reviewed by Pasko
on
09.30.00
Rating:
Tidak ada komentar: