Mengorbit Bumi dengan hanya Rp. 40.000,- saja.
Dibuka dengan kesunyian luar angkasa serta kutipan kalimat yang berbicara tentang hukum fisika, film Gravity yang ditulis dan disutradarai oleh Alfonso Cuarón, membuka cakrawala baru bagi saya ketika duduk diruangan gelap bioskop. Dikenal dengan menyutradarai Harry Potter and the Prisoner of Azkaban yang dipuji dan menjadi salah satu favorit teman-teman penggila film dari keseluruhan seri ini. Membuat David Heyman yang pernah bekerja sama dalam seri Harry Potter ini menaruh kepercayaan pada naskah Gravity dan bertaruh memproduseri film ini.
Gravity jika ditelisik dari judulnya saja sangat berhubungan erat dengan Bumi dan luar angkasa. Berkisah tentang misi perbaikan teleskop Hubble di orbit Bumi hingga semuanya berubah ketika sebuah misil menghantam satelit.
Tidak tahu pasti apa penyebab sehingga misil dimuntahkan dari Bumi, apakah ada perang? Who knows ya. Mungkin ini termasuk dari plot hole dari film ini.
Saya begitu mengagumi Alfonso Cuarón mengeksploitasi keindahan Bumi diekspos dari luar angkasa. Hal yang sama juga dia lakukan ketika sutradara berkebangsaan Meksiko ini menggarap serial ketiga Harry Potter yang berbeda ke level yang lebih remaja dan kelam. Pada film Gravity penonton diajak membayangkan bagaimana keadaan di luar angkasa tanpa embel-embel sci-fi yang sering dijumpai pada film bergenre sama lainya. Apa yang terjadi dalam film Gravity bukanlah sebuah fiksi belaka melainkan sebuah kesadaran akan kehidupan, pekerjaan, hukum fisika dan luar angkasa. Berdurasi 90 menit memang terlalu sedikit dari kebanyakan film-film yang perlu penalaran seperti ini. Tetapi bagi saya sangat cukup sekuen demi sekuen yang dialami Sandra Bullock dan George Clooney yang menantang serpihan satelit pada orbit sebanyak 3 kali 90 menit. Saya cukup kawatir ketika diawal film ketika watak Kowalsky (George Clooney) bermain-main diseputaran space shuttle. Cukup annoying jika itu terjadi pada awak NASA sungguhan. Perwatakan itu cukup dinetralisir ketika Kowalksy menjadi penasihat disaat Dr. Ryan Stone (Sandra Bullock) dalam keputusasaan. Tanpa mengesampingkan keilmiahan cerita Gravity terasa bumbu gurauan yang membuat cerita ini gurih dinikmati.
Ketika film usai dan saya bersama penonton lainya beranjak keluar ruangan pemutaran film, salah seorang penonton berceloteh; bahwa film ini fidak masuk akal. Dalam hati saya berpikir mungkin ada benarnya juga atau memang pemikiran saya belum pada tahap level pengertian penonton tersebut.
Saran saya ialah jika pembaca yang kurang suka dengan film jenis percakapan panjang dan butuh pemikiran tidak disarankan untuk menonton film ini.
Nilai dari keseluruhan baik cerita hingga perwatakan saya memberi 8,8/10.
Dibuka dengan kesunyian luar angkasa serta kutipan kalimat yang berbicara tentang hukum fisika, film Gravity yang ditulis dan disutradarai oleh Alfonso Cuarón, membuka cakrawala baru bagi saya ketika duduk diruangan gelap bioskop. Dikenal dengan menyutradarai Harry Potter and the Prisoner of Azkaban yang dipuji dan menjadi salah satu favorit teman-teman penggila film dari keseluruhan seri ini. Membuat David Heyman yang pernah bekerja sama dalam seri Harry Potter ini menaruh kepercayaan pada naskah Gravity dan bertaruh memproduseri film ini.
Gravity jika ditelisik dari judulnya saja sangat berhubungan erat dengan Bumi dan luar angkasa. Berkisah tentang misi perbaikan teleskop Hubble di orbit Bumi hingga semuanya berubah ketika sebuah misil menghantam satelit.
Tidak tahu pasti apa penyebab sehingga misil dimuntahkan dari Bumi, apakah ada perang? Who knows ya. Mungkin ini termasuk dari plot hole dari film ini.
Saya begitu mengagumi Alfonso Cuarón mengeksploitasi keindahan Bumi diekspos dari luar angkasa. Hal yang sama juga dia lakukan ketika sutradara berkebangsaan Meksiko ini menggarap serial ketiga Harry Potter yang berbeda ke level yang lebih remaja dan kelam. Pada film Gravity penonton diajak membayangkan bagaimana keadaan di luar angkasa tanpa embel-embel sci-fi yang sering dijumpai pada film bergenre sama lainya. Apa yang terjadi dalam film Gravity bukanlah sebuah fiksi belaka melainkan sebuah kesadaran akan kehidupan, pekerjaan, hukum fisika dan luar angkasa. Berdurasi 90 menit memang terlalu sedikit dari kebanyakan film-film yang perlu penalaran seperti ini. Tetapi bagi saya sangat cukup sekuen demi sekuen yang dialami Sandra Bullock dan George Clooney yang menantang serpihan satelit pada orbit sebanyak 3 kali 90 menit. Saya cukup kawatir ketika diawal film ketika watak Kowalsky (George Clooney) bermain-main diseputaran space shuttle. Cukup annoying jika itu terjadi pada awak NASA sungguhan. Perwatakan itu cukup dinetralisir ketika Kowalksy menjadi penasihat disaat Dr. Ryan Stone (Sandra Bullock) dalam keputusasaan. Tanpa mengesampingkan keilmiahan cerita Gravity terasa bumbu gurauan yang membuat cerita ini gurih dinikmati.
Ketika film usai dan saya bersama penonton lainya beranjak keluar ruangan pemutaran film, salah seorang penonton berceloteh; bahwa film ini fidak masuk akal. Dalam hati saya berpikir mungkin ada benarnya juga atau memang pemikiran saya belum pada tahap level pengertian penonton tersebut.
Saran saya ialah jika pembaca yang kurang suka dengan film jenis percakapan panjang dan butuh pemikiran tidak disarankan untuk menonton film ini.
Nilai dari keseluruhan baik cerita hingga perwatakan saya memberi 8,8/10.
Gravity (2013); Hidup di luar angkasa itu mustahil
Reviewed by Pasko
on
22.43.00
Rating:
Tidak ada komentar: